I.
Pertumbuhan
penduduk
A.
perkembangan penduduk dunia
No
|
Negara
|
Tahun 1950
|
Tahun 2008
|
Tahun 2012
|
1
|
China
|
562.579.779
|
1.333.207.572
|
1.343.239.923
|
2
|
India
|
152.271.000
|
1.154.845.005
|
1.205.073.612
|
3
|
USA
|
101.936.816
|
304.838.948
|
313.847.465
|
4
|
Indonesia
|
83.805.000
|
238.567.492
|
237.641.326
|
5
|
World
|
2.555.948.654
|
6.736.383.012
|
7.010.424.289
|
Jumlah Penduduk Dunia Tahun
2011/2012
Jumlah Penduduk
|
||||
- DUNIA (World)
|
7.010.424.289
|
1.952.236.433
|
4.538.919.696
|
504.999.103
|
- seluruh Asia
|
4.219.786.020
|
1.142.561.928
|
2.798.920.524
|
266.617.909
|
- seluruh Afrika
|
1.064.998.235
|
439.999.619
|
590.239.887
|
34.235.801
|
- seluruh Amerika
|
951.189.554
|
246.526.096
|
623.704.662
|
80.729.800
|
- seluruh Eropa
|
739.044.470
|
114.649.330
|
502.982.666
|
119.659.173
|
- seluruh Oceania
|
35.406.010
|
8.499.459
|
23.071.956
|
3.756.419
|
B.
Penggandaan penduduk dunia
Penduduk DUNIA
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
Perkembangan per tahun
|
1930
|
1.000.000.000
|
-
|
1950
|
2.555.948.654
|
52%
|
2008
|
6.736.383.012
|
264%
|
2012
|
7.010.424.289
|
1.4%
|
Penduduk Indonesia
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
Perkembangan per tahun
|
1930
|
60,7 Juta
|
-
|
1961
|
97 Juta
|
1,6%
|
1971
|
119,2 juta
|
1,2%
|
1980
|
147,5 Juta
|
1,2%
|
1990
|
179,3 Juta
|
1,2%
|
2000
|
203,4 Juta
|
1,1%
|
2005
|
218,9 Juta
|
1,1%
|
2006
|
254,4 Juta
|
1,2%
|
2012
|
237.6 Juta
|
0,9%
|
C.
faktor-faktor demografi yang mempengaruhi
pertambahan penduduk
Pertumbuhan
penduduk di dunia ini makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya.
Dengan begitu, maka bertambahlah sistem matapencaharian hidup menjadi lebih
kompleks.
Secara
umum ada tiga faktor utama demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, di
antaranya sebagai berikut:
1.
Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran
adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan
hidup, atau dalam pengertian lain fasilitas adalah hasil produksi yang nyata
dari fekunditas seorang wanita. Berikun ini penjelasan mengenai pengukuran
fertilitas:
Pengukuran
fasilitas tahunan adalah pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu
dihubungkan dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Adapun ukuran-ukuran
fertilitas tahunan adalah:
- Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate) adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu tahun tertentu tiap 1000 penduduk.
- Tingkat fertilitas umum (general fertility rate) adalah jumlah kelahiran hidup per-1000 wanita usia reproduksi (usia 14-49 atau 14-44 tahun) pada tahun tertentu.
- Tingkat fertilitas menurut umur (age specific fertility rate) adalah perhitungan tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun tertentu.
- Tingkat ferlititas menurut ukuran urutan penduduk (birth order specific fertility rates) adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi oleh wanita pada umur dan tahun tertentu.
2.
Pengukuran fertilitas komulatif adalah pengukuran
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga
mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukurannya adalah:
- Tingkat fertilitas total adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan jumlah tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada priode waktu tertentu.
- Gross reproduction rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa produksinya.
3.
Kematian (mortalitas)
Kematian
adalah ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu
populasi. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per-
1000 individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per-tahun.
D.
rumus tingkat kematian yang kasar
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000
penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu.
Angka
Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000
penduduk pada pertengahan tahun tertentu (Data Statistik Indonesia-Angka
Kematian Kasar-Rumus), disuatu wilayah tertentu. Ada pun rumusnya sebagai
berikut :
Rumus: CDR = D/P x
K
Keterangan :
CDR = Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000
CDR = Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000
Umumnya
data tersedia adalah ”jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah
dapat sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun
berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk
tengah tahun.
E.
rumus tingkat kematian khusus
Angka ini dapat digunakan untuk mengetahui
kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya
pada kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada
kelompok usia muda jauh lebih rendah.
Rumus Tingkat Kematian Khusus
Angka kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR) yaitu angka yang
menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu
dalam waktu satu tahun. Rumusnya adalah jumlah kematian pada umur tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk umur tertentu pada pertengahan tahun dan
dikalikan dengan konstanta yang biasanya bernilai 1000.
Rumus: ASDRx = Dx/Px x 1000
keterangan :
ASDRx = Angka Kematian khusus umur tertentu (x)
Dx = Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun
Px = Jumlah Penduduk pada umur tertentu
1000 = Konstanta (k)
ASDRx = Angka Kematian khusus umur tertentu (x)
Dx = Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun
Px = Jumlah Penduduk pada umur tertentu
1000 = Konstanta (k)
F.
angka kelahiran
Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu
tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih
berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan
lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20
minggu.
Rumus
:
CBR = B
(1th) x 1000
P
|
Keterangan
=
B
(birth)
P
(population)
|
Angka Kelahiran
Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.
G.
Pengertian migrasi
Migrasi adalah gerak
perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lan dengan tujuan untuk menetap
di daerah tujuan, yang biasa terjadi secara permanent. Seperti contohnya
Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia banyak menjadi tujuan migrasi
penduduk, terlalu banyaknya perpindahan penduduk ke jawa menyebabkan kepadatan
penduduk yang parah di pulau Jawa, sehingga terjadi banyak dampak negative.
Migrasi penduduk
adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam
mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan
penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi
internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah
satu Negara saja.
Migrasi merupakan
bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk
dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat
nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional,
dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen
disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan
untuk menetap.
H.
Macam-macam migrasi
Jenis-jenis
Migrasi
Migrasi
dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara. Berdasarkan hal
tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
Migrasi
Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya.
Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
- Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
- Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.
- Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya.
Migrasi Nasional dibagi menjadi lima , yaitu :
1. Urbanisasi => perpindahan penduduk Dari Desa ke Kota
2. Transmigrasi => perpindahan penduduk Dari Pulau ke Pulau
3. Ruralisasi => perpindahan penduduk Dari Kota ke Desa
4. Forensen : orang yang tinggal di
luar kota/ pinggir kota, tetapi memiliki pekerjaan di kota
5. Evakuasi => Dari tempat yang tidak aman
ke tempat yang aman
I.
Proses migrasi
Dengan adanya wilayah yang
memiliki suatu nilai lebih maka banyak orang/ penduduk pun yang akan pergi ke
wilayah itu dikarenakan di wilayah ia tinggal sudah tidak ada lagi nilai
lebihnya untuk berkelangsungan hidupnya
Proses migrasi pun punya cara
yaitu:
1. Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah
2. Proses migrasi hanya sementara diwilayah
itu sewaktu-waktu ia dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya
3. Hanya sekedar berlibur saja di wilayah
itu
Proses keberangkatan migrasi
bisa dilakukan dengan cara-cara tertentu misalkan kalau imigran hanya satu
orang bisa melakukannya dengan naik sepeda motor, kalau imigran dengan banyak
orang satu keluarga maka bisa melakukannya dengan naik kendaraan roda empat
atau juga naik kapal laut itulah yang biasa dilakukan imigaran dalam melakukan
migarasi di Negara Indonesia.
Tahun pun makin lama makin
berlaju dan proses imigrasi pun menjadi sangat lebih pesat dan perubahan yang
terjadi dari mulai tahun yang lalu higga tahu ini sangatlah banyak, pada tahun
ini tercatat banyak sekali imigran illegal/gelap yang tidak mendaftarkan
dirinya pada sensus penduduk pada kota asalnya balia semua itu terjadi begitu
saja tanpa adanya rasa kesadaran maka makin lama akan terjadi kepadatan
penduduk akan teradi dan susah menanganinya dikarenakan susahnya mendata para
imigran.
J.
Alasan bermigrasi
Alasan yang menyebabkan
manusia / orang pelakukan aktifitas migrasi :
1. Alasan Politik / Politis
Kondisi perpolitikan suatu daerah yang panas atau bergejolak akan membuat penduduk menjadi tidak betah atau kerasan tinggal di wilayah tersebut.
Kondisi perpolitikan suatu daerah yang panas atau bergejolak akan membuat penduduk menjadi tidak betah atau kerasan tinggal di wilayah tersebut.
2. Alasan Sosial Kemasyarakatan
3. Adat-istiadat yang menjadi pedoman
kebiasaan suatu daerah dapat menyebabkan seseorang harus bermigrasi ke tempat
lain baik dengan paksaan maupun tidak. Seseorang yang dikucilkan dari suatu
pemukiman akan dengan terpaksa melakukan kegiatan migrasi.
4. Alasan Agama atau Kepercayaan
5. Adanya tekanan atau paksaan dari suatu
ajaran agama untuk berpindah tempat dapat menyebabkan seseorang melakukan
migrasi.
6. Alasan Ekonomi
7. Biasanya orang miskin atau golongan bawah
yang mencoba mencari peruntungan dengan melakukan migrasi ke kota. Atau bisa
juga kebalikan di mana orang yang kaya pergi ke daerah untuk membangun atau
berekspansi bisnis.
8. Alasan lain, Contohnya
seperti alasan pendidikan, alasan tuntutan pekerjaan, alasan keluarga, alasan
cinta, dan lain sebagainya.
-
Terbatasnya kesempatan kerja
atau lapangan kerja di desa
-
Tanah pertaniaan di di desa
banyak yang sudah tidak subur/kekeringan
-
Kehidupan pedesaan lebih
monoton/tidak berubah
-
Fasilitas kehidupan kurang
tersedia dan tidak memadai
-
Upah kerja di desa rendah
-
Timbulnya bencana desa (banjir,
longsor, gempa, dsb)
K.
3 jenis struktur penduduk
Ada tiga jenis struktur penduduk :
- Piramida Penduduk Muda (expansive) Piramida ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya kita lihat pada negara – negara yang sedang berkembang. Misalnya : India, Brazil dan Indonesia
- Piramida Penduduk tetap (Stationer) Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk yang berbentuk system in iterdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia, Belanda dan Skandinavia.
- Piramida Penduduk Tua (constrictive) Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu Negara bias kekurangan penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia dan Perancis.
L.
Bentuk piramida penduduk
stasioner, muda, tua
Piramida penduduk adalah suatu diagram yang digambarkan dengan bentuk piramida yang mempunyai arti dalam mengukur suatu kependudukan di dalam satu Negara biasanya dalam pengukuran tersebut dikelompokan tertantu seperti usia, jenis kelamin, dan tahun lahir selain itu Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk total Dengan mengamati bentuk piramida penduduk (serta bentuk piramida penduduk dari waktu ke waktu), banyak informasi yang didapat mengenai struktur kependudukan sebuah wilayah.
Distribusi segitiga
Distribusi
piramida penduduk yang berbentuk segitiga (dengan alas di bawah dan lancip di
atas) dapat disebut distribusi eksponensial. Distribusi ini menunjukkan
banyaknya penduduk anak-anak, namun kemiringan yang tajam juga menunjukkan
banyaknya penduduk yang mati antara kelas interval usia. Piramida tersebut
menunjukkan tingginya angka kelahiran, tingginya angka kematian, serta angka
harapan hidup yang rendah. Piramida penduduk dengan distribusi seperti ini
umumnya dijumpai di negara miskin karena kurangnya akses dan insentif untuk
mengendalikan jumlah penduduk (keluarga berencana), faktor-faktor lingkungan
yang rendah (seperti ketiadaan air bersih) serta sulitnya akses terhadap
layanan kesehatan. penduduk yang menunjukkan tingkat mortalitas stabil
dalam setiap kelompok usia
M.
Pengertian rasio
ketergantungan
RASIO KETERGANTUNGAN
Konsep
Penduduk
muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum
produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang
lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga
dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia
15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas
dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan
semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Definisi
Rasio
Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan
antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65
tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio
Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
- Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
- Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Kegunaan
Rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong
negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentasedependency
ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi.
Cara Menghitung
Rasio
Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum
produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun
keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
DR = PENDUDUK
USIA 0-14 +.65 TAHUN x 100%
PENDUDUK USIA 15-64
|
Rumus
P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)
Contoh
Untuk memudahkan
pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio),
di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2012 (lihat Tabel 1).
Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi
tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun
(umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).
Jumlah Penduduk Dunia Menurut Kelompok
Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2012
PENDUDUK DUNIA
|
|||||||
Kel Umur
|
Jumlah Penduduk
|
|
|||||
0-14
|
1.952.236.433
|
27.90%
|
|||||
15-64
|
4.538.919.696
|
64.88%
|
|||||
65+
|
504.999.103
|
7.22%
|
|||||
TOTAL
|
6.996.155.232
|
100%
|
PENDUDUK INDONESIA
|
|||||||
Kel Umur
|
Jumlah Penduduk
|
|
|||||
0-14
|
68.603.263
|
28,90%
|
|||||
15-64
|
157.053.112
|
66,10%
|
|||||
65+
|
11.984.951
|
5,00%
|
|||||
TOTAL
|
237.641.326
|
100%
|
Setelah jumlah
penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur
tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio
ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang
disajikan pada Tabel 2 berikut
Interpretasi
Dari contoh
perhitungan di atas, rasio ketergantungan total penduduk Indonesia adalah sebesar 51,31 persen, artinya
setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn
sebanyak 51
orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 51,31 persen ini
disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 66,10 persen, dan rasio
ketergantungan penduduk tua sebesar 5,00 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun
2012 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan
penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab
terhadap penduduk tua.
Rasio
ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat
sensus 2000 Pada tahun 2000 rasio ketergantungan total adalah sebesar 55 per 100 penduduk
usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2012. Penurunan ini
terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari
keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.
II.
Kebudayaan dan Kepribadian
1.
Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
Perkembangan Budaya
Indonesia
Kalau kita berbicara
tentang kebudayaan bangsa Indonesia biasanya akan membanggakan candi Borobudur,
Prambanan, musik gamelan dan berbagai warisan budaya nenek moyang berabad-abad
yang lalu. Jarang yang menyebut karya-karya para seniman kontemporer. Mungkin
juga memang benar prestasi bangsa kita dalam bidang kesenian kontemporer belum
ada yang dapat diketengahkan dalam percaturan dunia.
Demikian pula
masyarakat dan kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya dimasa
lampau, walaupun perkembangannya akhir-akhir ini agak tertinggal apabila
dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakat
dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami
kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan
yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian
generasi.
Kebudayaan Indonesia
walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh
kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan
kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu
dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan
yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad
ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai,
sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa
masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang
intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain
itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari
daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi
penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik.
Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada
kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Batik adalah salah
satu kebudayaan dari Indonesia, batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai
seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa)
sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan
membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap”
yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Dan sekarang ini
batik adalah warisan budaya Indonesia. Unesco , Lembaga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang membawahi masalah kebudayaan telah menyetujui batik
sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh Indonesia.
Dengan adanya
peresmian Batik sebagai budaya asli Indonesia, ini membuktikan bahwa
perkembangan budaya di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat, oleh karena
itu kita sebagai warga Negara Indonesia dan yang mencintai budaya asli
Indonesia sebaiknya kita terus melestarikan budaya asli khas Indonesia. Jangan
sampai budaya asli Indonesia diakui oleh Negara lain dikarenakan oleh warga
negara kita sendiri tidak mau melestarikan budaya kita.
Religi dan
Falsafah
Sejarah Kebudayaan
Indonesia (SKI) merupakan bahasan tahapan perkembangan kebudayaan Indonesia
pada setiap periode. Kawasan Indonesia mempunyai banyak pulau yang dipisahkan
oleh laut dan selat memiliki sejarah perkembangan budaya yang tidak seragam.
Daerah yang berada dalam satu wilayah pun kadang mengalami perbedaan
perkembangan kebudayaan. Beberapa penyebabnya adalah (1) perbedaan intensitas
budaya asing yang masuk ke masing-masing daerah dan (2) perbedaan periode (lama
waktu) intervensi budaya luar terhadap budaya lokal daerah. Dua faktor utama
tersebut berperan dalam membentuk budaya Indonesia saat ini. Dalam
perkembangannya, ada unsur yang melatari perkembangan unsur lainnya, yaitu
unsur Religi. Unsur tersebut melahirkan pandangan hidup. Buku SKI jilid I ini
membahas mengenai religi dan falsafah yang berkembang di Indonesia. Pembahasan
tersebut dikemas secara ringkas sehingga dapat diapresiasi oleh pembaca.
Religi selalu hadir
dalam bentuk apa pun di setiap kebudayaan etnik di dunia. Tak terkecuali etnik
di Nusantara. Bentuk Religi dalam wujudnya yang paling pertama adalah
menghormati kekuatan yang mengisi ruang alam. Kekuatan tersebut mencakup
kekuatan negatif maupun positif. Tak bisa disangkal bahwa kedua kekuatan
tersebut hadir dalam kehidupan manusia. Kekuatan tidak berbentuk dan dapat
menghuni berbagai ruang seperti bebatuan, sungai, pepohonan atau lembah.
Saat peradaban mulai
berkembang, religi menyesuaikan bentuknya dengan pemikiran manusia. Ketua
kelompok dipilih oleh anggotanya berdasarkan konsep Primus Interpares (yaitu
orang yang paling unggul di antara para unggulan). Selama menjadi pemimpin,
ketua kelompok diharuskan sanggup menyelenggarakan pesta jasa (fiest of merit)
pada seluruh anggotanya. Pesta tersebut bisa berupa pendirian monumen untuk
mengenangnya. Monumen tersebut biasanya berbentuk punden berundak, dengan
menhir yang menjulang tegak di atasnya. Jika meninggal, roh ketua kelompok akan
mendiami puncak-puncak gunung bersama roh leluhur. Roh ketua kelompok dapat
dipanggil sewaktu-waktu rakyatnya memerlukan pertolongan dengan memasuki menhir
yang menjadi simbolitas. Dengan demikian lahirlah Religi Pemujaan terhadap
Arwah Leluhur (ancestor worship) di Nusantara.
Demikianlah ketika
agama besar dunia hadir ke kehidupan penduduk di kepulauan Nusantara pada awal
tarikh Masehi. Dalam bidang religi, nenek moyang kita sudah mempunyai dasar
yang baik, yaitu sudah bisa mengidentifikasikan kekuatan supranatural. Mereka
sudah mampu mengatur warganya sesuai dengan pandangan hidup terhadap kekuatan
supranatural. Mereka juga mampu menciptakan kesenian yang didedikasikan untuk
kekuatan supranatural, dan masih banyak lagi bentuk apresiasi lainnya untuk
alam supranatural. Agama Hindu dan Buddha yang diterima secara luas di Jawa,
Sumatera, Bali, dan sedikit di Kalimantan sebenarnya merupakan pembungkus dari
ritual pemujaan terhadap arwah leluhur. Agama Islam, Kristen, Katholik yang
datang menyusul mendapatkan sambutan yang baik dan berkembang dengan subur di
beberapa wilayah berbeda Nusantara. Perbedaan pendalaman agama-agama besar itu
terjadi karena akulturasi dengan lapisan kebudayaan yang sudah mengendap
sebelumnya. Hingga dewasa ini kehidupan religi di Indonesia berjalan dengan
baik, rasa toleransi, dan melanjutkan tradisi tetap hidup, di antara
etnik-etnik besar atau pun kecil.
2.
Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
2. Masa Kejayaan
Hindu-Buddha
Pada masa kekuasaan
Hindu-Buddha, masyarakat bisa mengangkat negeri ini hingga mencapai kejayaan.
Masyarakat saat ini masih merasa ikut memiliki peninggalan peradaban tersebut,
misalnya peninggalan kerajaan Sriwijaya atau Mataram Kuno. Peninggalan tersebut
rupanya bisa dimanfaatkan menjadi sumber penghidupan masyarakat saat ini.
Wisatawan berdatangan untuk melihat peninggalan sejarah yang dijadikan sebagai
objek wisata, mengagumi kejayaan masa lalu. Hal itu membuktikan bahwa sistem
sosial masyarakat di masa lalu tidaklah buruk, bahkan mereka mampu membangun
karya monumental yang membanggakan.
Masa kejayaan Islam
merupakan kebanggaan
bagi sebagian masyarakat. Hal itu ditimbulkan dari anggapan bahwa keberhasilan
penyebar agama Islam mampu menanamkan kekuasaan di Nusantara. Masyarakat yang
tadinya tidak beragama / kafir, bisa diubah menjadi masyarakat yang bermartabat
dan agamis. Agama Islam menjadi rujukan pembuatan tata nilai atau seluruh
tindakan sosial di Nusantara.
Beberapa kesultanan
didirikan oleh bangsa Arab atau setidaknya mengadopsi nama-nama Arab yang
menandakan mereka adalah Islam. Istilah “sulthan” menjadi sebutan bagi penguasa
di berbagai kerajaan kecil yang mampu bertahan. Pertikaian antarkelompok
mewarnai kerajaan-kerajaan Islam. Di Aceh, pengikut Hamzah Fansyuri diburu dan
seluruh buku karangan Hamzah Fansyuri pun dibakar. Pengikut Ar Raniri, orang
Arab dari Kerala, membantu mempertahankan kelangsungan Islam di Aceh.
Penyebar Islam di
Jawa kebanyakan merujuk pada satu dewan wali yang dikenal dengan Walisongo.
Beberapa anggotanya seperti Sunan Kalijogo, Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan
Giri, Sunan Gunung Jati, kyai Pandan Aran masih menjadi tokoh yang sangat
dikagumi hingga masa kini. Di Sulawesi ada kesan khusus pada satu tokoh Islam
karena dianggap sebagai simbol perlawanan pada kaum kafir, orang Belanda, yaitu
Syeh Yusuf yang diasingkan ke Afrika Selatan.
Masyarakat Islam
Indonesia pada masa kini belum berhasil menghasilkan sesuatu yang bermakna.
Mungkin satu-satunya peninggalan kerajaan Islam yang tersisa adalah “Serat
Centhini di Jawa”, yang berupa sebuah ensiklopedi yang cukup tebal. Serat itu
mungkin hanya tertandingi oleh “La Galigo” dari Sulawesi Selatan yang mungkin
dibuat pada masa Kerajaan Sawungaling. Masyarakat saat ini tidak mampu bersatu
untuk menciptakan karya-karya monumental seperti masa dahulu.
Masa pendudukan
Belanda di Indonesia merupakan masa-masa paling gelap. Bangsa Indonesia sama
sekali tidak memiliki kesempatan untuk berkembang sebagai suatu bangsa yang
mandiri. Kita hanya bisa mengagumi bagaimana bangsa Jepang mampu bertahan dan
melakukan restorasi Meiji yang terkenal sehingga menyejajarkan kedudukan Jepang
dengan bangsa-bangsa Barat.
Selanjutnya,
orang-orang yang digolongkan ke kelompok ‘abangan’ ini mampu melahirkan ide-ide
cemerlang untuk bangsa. Kita semua mengenal nama-nama seperti Tan Malaka,
Douwes Dekker, atau bahkan Bung Karno. Tokoh-tokoh tersebut telah merintis
jalur ke arah kemerdekaan dan memungkinkan pembebasan bangsa ini dari segala
bentuk penjajahan baik fisik, ekonomi, dan mental spiritual.
Sejak 1945, setelah
Jepang menyerah pada sekutu, bangsa Indonesia merasa bebas dan bersatu
mendirikan negara Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila menjadi
landasan falsafah bangsa.
Dari perjalanan
sejarah kita, terlihat jelas ada masa-masa di mana kita mampu membuat prestasi
yang luar biasa. Tetapi mungkin ada suatu pertanyaan besar, di mana salahnya
bangsa ini? Mampukah kita menghasilkan monumen bersejarah seperti Borobudur
atau kita hanya mampu membuat monumen-monumen impian?
Semoga buku tentang
kebudayaan Indonesia ini memberikan sumbangan bagi masyarakat luas agar bisa
melihat kembali ke belakang.
Fakta
tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia
sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang
India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna
menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
Periode
Awal (Abad V-XI M)
Pada
periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol
sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak
ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di
kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
Periode
Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada
periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol
sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau
lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur
seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana
yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan
Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan
sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
Periode
Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada
periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya,
sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi
di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya
untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa
dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben
sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan
lagi dari India.
III.
Kebudayaan Barat
A.
Kebudayaan barat
Perubahan sosial dapat diartikan perubahan
yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola
kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Sedangkan yang dimaksud perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Westernisasi adalah sebuah arus besar yang
mempunyai jangkauan politik, sosial, budaya, dan teknologi. Arus ini bertujuan
mewarnai kehidupan sehari-hari bangsa-bangsa dengan gaya Barat. Dengan banyak
cara, westernisasi menggusur kepribadian suatu bangsa yang merdeka dan memiliki
karakteristik yang unik. Kemudian bangsa tersebut dijadikan boneka yang meniru
secara total peradaban Barat.
Westernisasi di Indonesia menurut kami
merupakan suatu masalah yang perlu dicermati bersama karena menyebabkan
perubahan terhadap masyarakat multikultural Indonesia yang semakin lupa akan
nilai luhur, budaya, norma, adat istiadat yang sejujurnya merupakan warisan
kepribadian bangsa Indonesia asli berasal dari nenek moyang kita terdahulu. Dan
apabila warisan kepribadian bangsa tersebut dilestarikan maka sesungguhnya akan
memberikan suatu nilai lebih bagi kehidupan bangsa Indonesia dibandingkan
dengan negara lain, karena setiap bangsa memiliki kepribadian bangsa yang
berbeda-beda. Sekarang ini begitu banyak generasi bangsa Indonesia yang
bersikap “kebarat-baratan”, kini jati diri bangsa hanya tampak pada sebagian
kecil kelompok masyarakat. Generasi kita terlalu bangga dengan kebiasaan dan
adat orang-orang Barat, sementara dengan adat sendiri malu apabila menunjukkan
adat tersebut di depan umum. Hal ini diperparah dengan minimnya perhatian
pemerintah serta tersebar luasnya budaya Barat melalui media-media baik cetak
maupun elektronik yang menonjolkan budaya-budaya Barat.
Sebagai contoh warga Indonesia sendiri
banyak yang menyalah gunakan produk industri, misalnya thank top yang diluar
negeri digunakan pada musim panas, akan tetapi di Indonesia malah digunakan
untuk bergaya di depan umum. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia latah
terhadap perubahan. Mereka menganggap pakaian produksi negara Barat tersebut
sesuai dengan budaya Timur yang dianut oleh bangsa kita Indonesia. Selain itu
masalah norma berperilaku dalam kehidupan masyarakat, kita tahu bahwa orang
Jawa terkenal dengan “unggah-ungguhnya” apabila bertemu dengan orang lain,
namun di era modernisasi ini orang-orang semakin jarang melakukannya banyak
diantara mereka yang justru cuek bebek dan selalu menunjukkan bahwa seolah-olah
orang itu hidup sendirian (individualis), padahal kita tahu sikap dan gaya
individualis adalah gaya orang-orang Barat, dan tidak sesuai dengan budaya
Timur negara kita.
Untuk itulah diperlukan kesadaran bersama
baik pemerintah maupun masyarakat, serta dilakukan penanaman, penghayatan, dan
pengamalan lebih mengenai pengetahuan akan kepribadian ataupun jati diri bangsa
kita sehingga nantinya budaya asli kita tidak akan hilang tergilas oleh
perkembangan roda zaman yang diboncengi masuknya berbagai budaya asing ke dalam
negara kita. Masyarakat harus bisa mengambil hal-hal yang baik dari suatu
budaya asing serta membuang hal-hal yang buruk dari budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian maupun jati diri bangsa kita.
Refrensi :
·
Kurnia Anwar..IPS TERPADU kelas 8, Jakarta : Yudhistira
2010
·
Buku IPS
TERPADU. BAB 1. Wilayah Indonesia dan penduduknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar